SENSOR BUKU
Pada dasarnya semua perpustakaan memiliki prosedur baku dalam mengolah bahan pustaka yang sama. Yakni dimulai dari proses penerimaan; menstempel; menginventarisasi bahan pustaka dan mengambil gambar sampul buku; menentukan tajuk subjek, nomor klasifikasi bahan pustaka; membuat katalogisasi deskriptif bahan pustaka; menginput buku ke dalam database Slims; mencetak label dan barcode buku; menempel label dan barcode buku; melakukan validasi bahan pustaka; menyerahkan buku ke bagian layanan sirkulasi.
Sebagai perpustakaan sekolah menengah atas, Pustaka SMANA juga menggunakan aturan prosedur pengolahan yang baku. Hanya saja, Pustaka SMANA memiliki satu keunikan yang belum dimiliki oleh perpustakaan lain diseluruh Indonesia, yakni menambah satu aktivitas dalam mengolah bahan pustaka. Aktivitas tersebut adalah menyensor bahan pustaka sebelum didata. Jika bahan pustaka tersebut tidak mengandung unsur/konten dewasa (dalam hal ini usia 18+), maka bahan pustaka tersebut akan ditandai sebagai bahan pustaka yang lolos sensor dan akan diklasifikasi sekaligus ditempatkan di rak terbuka. Namun, jika bahan pustaka yang disensor mengandung unsur/konten dewasa, maka akan ditandai sebagai bahan pustaka yang harus dimasukkan kedalam koleksi referensi dewasa. Pengklasifikasian dan penempatannya pun dipisah dari bahan pustaka lainnya. Koleksi dewasa tersebut ditempatkan di lemari khusus, tertutup, dan hanya direferensikan kepada pemustaka dewasa yang minat meminjam dan membacanya.
Sensor buku ini merupakan bentuk proteksi standar untuk para pemustaka dibawah umur dari bacaan bermuatan konten dewasa yang belum layak mereka konsumsi. Sensor buku ini juga bertujuan untuk menghindari dampak buruk baik secara fisik maupun psikis pada remaja, karena seperti yang kita ketahui bahwa selain dapat mengacaukan kehidupan, pornografi yang terdapat pada konten dewasa dapat merusak otak khususnya pada bagian PFC (Pre Frontal Cortex), PFC adalah kontrol di area kortikal pada otak bagian depan yang mengatur fungsi kognitif dan emosi. PFC sendiri amat sangat dibutuhkan para remaja agar mampu mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah agar lebih fokus dan mampu menyerap setiap materi pelajaran yang mereka pelajari di kelas. Jika PFC mengalami kerusakan, maka rusak pula lah daya konsentrasi dan daya serap otak terhadap ilmu, sehingga menyebabkan kebodohan baik secara kognitif maupun emosi. Sebagai sekolah yang memiliki visi misi mencerdaskan sekaligus meningkatkan keimanan dan ketakwaan, tentu saja Pustaka SMANA sangat menggalakan program sensor buku pada setiap pengadaan dan pengolahan buku, bukan lagi menjadi sekedar inovasi saja, melainkan SOP baku di Pustaka SMANA yangtelah dilaksanakan dari tahun 2014 sampai kapanpun juga.